Manusia Berencana, Corona Menentukan

Per tanggal 26 April, kasus corona di Indonesia sudah mencapai angka 8.882 yang terdeteksi positif, 1.107 sembuh dan 743 meninggal. Untuk daerah ku sendiri, mulai bulan April ini terlihat jumlah pasien positif mulai bermunculan dari beragam karakteristik latar belakang pasien. Dari yang awal mulanya bepergian dari daerah terjangkit wabah, hingga kumpulan orang yang datang dari cluster (daerah penyebaran) gowa. Untuk Kaltara sendiri sudah sebanyak 89 positif, 2 sembuh dan 1 orang meninggal yang terakhir berstatus PDP. Tarakan ? Positif sebanyak 27 orang dengan pasien yang sembuh berjumlah 1 orang.

Sudah berjalan dua bulanan sejak wabah corona (atau para akademisi menyebutnya covid-19) berstatus pandemi, kasusnya mulai timbul dan ramai di pemberitaan sosial media, sejak saat itulah hari-hari semakin terlihat tanpa rencana mulai terjadi. Maaf, lebih tepatnya terpaksa terencanakan.

Sebulan sebelum ini, banyak planning mulai ditulis di kepala masing-masing. Dari yang mulai niat menikah sampai niat ecek-ecek untuk nambah cicilan paylater misalnya.

Tebak, sudah ada berapa resepsi pernikahan yang mundur dan ada yang terancam gagal karena biaya lebih baik dialokasikan untuk bertahan di masa pandemi ? Sudah ada berapa harapan uang THR saat Ramadan nanti bisa lunasi cicilan, tapi justru merasakan pahitnya phk dari perusahaan ? Sudah ada berapa ibu/ bapak yang mulai stress mikir ngerjain PR online anak-anaknya ? Pengeluaran paket data ? Iya kalau cuma dari grup whatsapp, kalau meski install zoom ? Zoom ini apa lagi ? Bumbu dapur apa ini ?? Arghh..

ilustrasi melawan coronavirus

Kita bukan takut terkena wabah corona. Lebih tepatnya belum siap beradaptasi dan dipaksa untuk punya rencana b-c-d-e-f. Aku jadi membayangkan kalau ternyata sambil beriringnya waktu nanti, walaupun corona tetap ada di sekitar kita, karena sudah bisa dibentuk untuk bertahan bulan-bulan sebelumnya, sampai kita sudah masuk pada tahap “ah, Corona kan ? Biasa aja dah“.

Memang sejatinya di masa sekarang ini, alih-alih menggerutu dengan keadaan, bukankah alangkah baiknya berfikir apa yang bisa dilakukan sekarang sampai berakhirnya pandemi ? Diam tidak merubah apapun, dengan mencoba melakukan sesuatu setidaknya membentuk peluang baru, untuk bertahan hidup. Ndak usah yang berat-berat, bisa buat makan hari ini aja sudah cukup. Besok ? Ya dipikir lagi aja.